BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Gangguan Mental dan Jiwa
Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah gangguan otak yang
ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi
(penangkapan panca indera). Banyak kepercayaan yang mengira gangguan mental itu
sebuah kutukan, atau hukuman penderitanya atas dosa-dosanya, karena kepercayaan
masyarakat yang salah, para penderita semakin menderita, karena penderita tidak
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang seharusnya (Wikipedia.com, 2017).
Gangguan
mental dapat mengenai semua orang tidak peduli ras, umur, agama, kepercayaan,
kekayaan, dan faktor-faktor yang lain, bahkan sebagian orang hebat dan jenius
juga memilikinya, Ludwig van Beethoven memiliki gangguan bipolar, pelukis
Michaelangelo memiliki Autism,
Charles Darwin mengalami Agoraphobia,
dan terakir Edgar Allan Poe, seorang penulis dan penyair yang dikenal atas
puisinya yang berjudul “The Raven” mengidap
gangguan bipolar (Adi, 2012).
Terdapat
banyak pendapat tentang gangguan mental atau gangguan jiwa yang disampaikan
oleh para ahli. Berikut adalah sebagian pendapat yang diutarakan oleh para
ahli.
1.
Gangguan
mental atau gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Penyebab gangguan
jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain
yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena,
cinta tidak terbalas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,
dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor
organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak (Departemen Kesehatan RI ,
2000).
2.
Gangguan
jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan
otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan
persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan
penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart dan Sundeen, 1995).
3.
Gangguan
jiwa merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua
usia. Sifat serangan penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di
masyarakat ada stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit
disembuhkan, memalukan dan aib bagi keluarganya. Pandangan lain yang beredar di
masyarakat bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh guna-guna orang lain (Hawari,
2003).
B.
Sejarah Gangguan Bipolar
Melankoli atau kata tua untuk depresi dan mania sudah dikenal sejak
zaman Yunani Kuno. Teori Pra-Hippocratic Humoral mengatakan bahwa melankoli
berasal dari kata melas yang berarti
hitam, dan chole, yang berarti empedu
atau melukai. Teori Pra-Hippocratic Humoral juga menjelaskan bahwa mania
terjadi karena kelebihan empedu kuning (Hippocrates, 400 SM)
Araetaus,
seorang filsuf kesehatan berasal dari Cappadocia mengatakan bahwa gangguan
mania-depresi atau bipolar diakibatkan oleh empedu hitam (Stephens, 2006). Lalu
Avicenna atau Ibnu Sina, seorang penulis dan pemikir yang beragama Islam
menulis buku berjudul The Canon of
Medical pada tahun 1025 yang
memisahkan gangguan bipolar dan mania-depresi.
konsep-konsep yang telah ditemukan dikembangkan
kembali oleh seorang psikiater Jerman yang bernama Emil Kraepelin (1856-1926)
melakukan revisi pengelompokan gangguan jiwa, dia akhirnya membedakan gangguan
bipolar dengan dementia paradox yang
akhirnya dikenal sebagai skizofrenia. Emil Kraepelin memperkenalkan konsep baru
yang disebut dengan konsep kahbaum
cyclothymia. Emil menjelaskan bahwa seorang penderita gangguan bipolar yang telah mengalami periode akut yaitu mania
atau depresi, akhirnya bisa menjalani kehidupan secara normal (Stephens, 2006).
Gambar 1.
Emil Kraepelin.
(Sumber:
Wikipedia, 2017)
C.
Tipe-Tipe Gangguan Bipolar
Penderita
gangguan bipolar cenderung mengalaminya saat masa pubertas, masa pubertas akan
mengarahkan arah gangguan bipolar ini terhadap penderita. Gangguan bipolar juga
memiliki beberapa tipe, tidak semua penderita memiliki siklus episode yang
sama. Gangguan bipolar memiliki berbagai tipe, menurut DSM-IV-TR, gangguan
bipolar memiliki 4 tipe, berikut adalah tipe-tipe gangguan bipolar (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder IV-TR, 2000):
1. Bipolar Tipe I
Bipolar
tipe I adalah kondisi yang cukup parah, penderita akan berubah episode dengan
sangat cepat, misalnya penderita sedang mengalami episode mania, dalam waktu
singkat langsung berubah menjadi episode depresi. Siklus ini bisa berlangsung
berhari-hari, bahkan sampai berminggu-minggu.
2. Bipolar Tipe II
Pada
gangguan bipolar tipe II, penderita akan mengalami episode depresi dan Hypomania yaitu bentuk ringan episode
mania tetapi tetap saja berbahaya. Suasana hati penderita pada kondisi ini
masih bisa bekerja dengan baik dan bisa teratur, tetapi jika tidak diatasi
kondisinya bisa bertambah parah.
3. Cyclothimic
Pada
gangguan bipolar tipe cyclothimic, sama halnya dengan bipolar tipe II, tetapi
episode depresi bisa dikategorikan berlebihan atau lebih berbahaya.
4. Bipolar NOS
Bipolar
NOS atau Not Otherwise Spesific adalah
tipe gangguan bipolar jika penderita tidak memenuhi kriteria tipe gangguan
bipolar yang lain. Jika penderita menunjukan gejala-gejala gangguan bipolar
tetapi tidak memenuhi salah satu kriteria tipe-tipe gangguan bipolar, maka penderita
itu memiliki gangguan bipolar NOS.
5. Rapid Cycling
Tipe rapid cycling bisa dibilang tipe yang
paling parah, penderita didiagnosis memiliki bipolar tipe rapid cycling apabila memenuhi kriteria beberapa tipe. Menurut
Dunner dan Fieve dari Asosiasi Psikiater Amerika Serikat, dalam tipe ini, semua
episode gangguan bipolar yaitu depresi, mania, hipomania, dan mixed state akan terjadi dalam waktu
duabelas bulan. Selain itu, ada juga yang disebut dengan ultra-rapid cycling atau extremely-rapid
atau ultraradian-rapid cycling dimana
akan terjadi perubahan suasana hati yang ekstrim dalam waktu 24 jam atau 48
jam.
D. Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola
kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi. Gangguan
bipolar merupakan gangguan mental atau jiwa yang memiliki prevelansi (Jumlah
keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu
wilayah) yang tinggi.
Studi Epidemiologic
Catchmen Area (ECA) menyatakan bahwa prevelansi terkena gangguan bipolar
sekali seumur hidup adalah antara 0,6% sampai 1,1%.
Prevelansi gangguan bipolar di
Amerika Serikat berkisar 1% sampai dengan
3% dari total populasinya, sedangkan masih tidak pasti jumlah prevelansi
penderita gangguan bipolar di Indonesia. Sekitar 10% penderita biasanya
mengalami episode manik atau hipomanik pada perkembangan penyakitnya, dan
tanda-tanda yang ditemukan saat usia yang muda adalah gejala psikotik seperti
munculnya skizofrenia, dan ditemukannya episode depresi yang berulang-ulang
merupakan salah satu tanda-tanda munculnya gangguan bipolar (ECA, 1985).
E.
Faktor Penyebab Gangguan Bipolar
Menurut National Institute of
Mental Healtdh (NIMH), gangguan bipolar tidak hanya dikarenakan faktor
tunggal atau individu saja, faktor luar juga dapat menyebabkan gangguan
bipolar. Gangguan bipolar juga disebut gangguan multifaktor, dikarenakan
banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gangguan bipolar. Berikut adalah
faktor-faktor penyebab gangguan bipolar (National
Institute of Mental Health, 2016):
1. Faktor Genetik
Gangguan
bipolar dapat dikaitkan dengan riwayat kesehatan keluarga (Faktor keturunan
atau genetik), berbagai penelitian menyatakan bahwa orang dengan gen tertentu
kemungkinan mengembangkan gangguan bipolar lebih besar daripada gen yang lain.
Tetapi faktor keturunan atau genetik tidak selalu akurat, karena studi kembar
identik menunjukan bahwa kembar dari seorang dengan gangguan bipolar tidak
semuanya mengalaminya, meskipun kembar identik memiliki dan membagi genetik
yang sama.
2. Faktor Lingkungan
Tidak
hanya di pengaruhi faktor genetika, lingkungan sekitar kita juga bisa memicu
adanya gangguan bipolar. Lingkungan yang
dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang disekitar yang sangat berdampak kepada
seseorang sampai mood nya tidak
seimbang, seperti putus cinta, kematian orang tua, kematian teman, atau pun
kegagalan seperti gagal lulus sekolah. Biasanya penderita gangguan bipolar juga
memiliki masa kecil. Sebaliknya, lingkungan yang baik dapat mendukung penderita
gangguan bipolar sehingga penderita dapat menjalani kehidupan yang baik dan
normal.
3. Obat-Obatan
Zat pada
obat-obatan tidak langsung menjadi penyebab gangguan bipolar, tetapi
obat-obatan dapat membuat episode mania atau depresi menjadi terpicu dan
membuat kehidupan penderita semakin susah. Obat-obat yang dapat memicu itu
antara lain adalah ekstasi, kokain, juga amfetamin yang dapat memicu episode
mania atau mania dan obat antidepresan menyebabkan episode depresi, seperti
obat tiroid, obat flu, obat untuk mendorong nafsu makan, juga kortikosteroid.
4. Faktor Fisiologis
Faktor
fisiologis pada gangguan bipolar dibagi menjadi dua yaitu sistem neurokimia dan
sistem neurondokrin.
a.
Sistem
Neurokimia
Gangguan
bipolar terjadi karena terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam
otak. Neurotransmitter atau saraf yang mengirimkan pesan sangat diperlukan oleh
otak. Ini karena otak bekerja sebagai organ pengantar rangsang.
Jenis-jenis neurotransmitter antara lain adalah dopamine, serotonin, dan norepinephrine.
Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan tersebut berada dalam keadaan
yang tidak seimbang, jadi tidak bisa bekerja dengan benar. Misalnya jika
cairan-cairan tersebut ada dibawah kadar normalnya, penderita akan merasa sedih
yang berlebih, kecewa, lemas sampai memiliki niat bunuh diri yag sangat tinggi,
sebaliknya jika kadar dopamine penderita
sedang tinggi, penderita akan merasakan bahagia yang berlebih, hiperaktif,
tidak pernah lelah atau yang disebut episode mania.
b.
Neurondokrin
Hipotalamus
pada tubuh manusia dengan fungsinya sebagai pengendali kelenjar endokrin akan
dipengaruhi oleh area limbik pada organ otak yang memang ada kaitannya dengan
emosi. Kelenjar pituaritas juga terpengaruh oleh hormon yang hipotalamus
produksi di mana kelenjar tersebut ada hubungannya dengan gangguan depresi.
Sejumlah penelitian sudah menyatakan bahwa tingkat kortisol pada
seseorang yang menderita depresi terbilang cukup tinggi. Penyebabnya adalah karena
adanya pelepasan hormon rotropin yang berasal dari hipotalamus terlalu
berlebihan. Kelenjar adrenal pun ikut menjadi semakin banyak sehingga terjadi
jugalah kerusakan hipoccampus di mana ini menjadikan keadaan seseorang makin
serius (Lita, 2016).
F. Dampak Penderita Gangguan Bipolar
Setiap penyakit
atau gangguan pasti memiliki beberapa dampak, berikut adalah dampak dan
tanda-tanda yang dimiliki oleh penderita gangguan bipolar. Dampak gangguan
bipolar dibagi menjadi dua, yaitu saat episode mania (Kesenangan), dan episode
depresi (Kesedihan).
1.
Episode Mania
Saat
episode mania, suasana hati penderita naik secara drastis sehingga tidak merasa
lelah, selalu bergembira yang berlebih, hiperaktif, penderita juga berbicara
dengan sangat cepat, penderita menghamburkan uang untuk barang-barang yang
tidak berguna, mudah marah, mengalami delusi dan halusinasi seperti bertemu dengan malaikat atau tuhan atau
hal-hal yang lain.
2.
Episode Depresi
Episode depresi cenderung lebih lama dan
lebih sering daripada episode mania. Saat episode depresi, penderita merasa
putus asa, tidur lebih lama, nafsu makan berubah dan naik berat badan, tidak
bisa mengalami kesenangan, sampai memiliki niat membunuh diri yang sangat besar
(Schuder, 2017).
G. Tokoh-Tokoh
Dengan Gangguan Bipolar
Tidak sedikit juga tokoh-tokoh mendunia
yang memiliki gangguan mental seperti gangguan bipolar, berikut adalah
tokoh-tokoh yang memiliki gangguan bipolar (Afryani, Erninta. 2013):
1. Ludwig Van
Bethoveen
Ludwig Van Bethoveen adalah seorang komposer
yang sangat berbakat dalam bidangnya, walaupun hidup dengan keterbatasan
pendengaran, Bethoveen tetap membuat musik-musik yang indah semasa hidupnya.
Tidak hanya keterbatasan pendengaran, dia juga memiliki gangguan bipolar,
akibatnya Bethoveen selalu menderita di masa hidupnya, dia sering terkena
penyakit demam, dan sakit di kepalanya yang sangat parah. Semakin tua, semakin
parah juga gangguan bipolarnya, dia mulai memiliki niat untuk bunuh diri,
selalu bersikap pesimis, ada penurunan terhadap sikapnya, juga mengalami
halusinasi.
Gambar 2.
Ludwig Van Bethoveen
(Sumber:
Wikipedia, 2017)
2. Vincent Van
Gogh
Vincent Van Gogh adalah seorang pelukis handal yang berasal dari
Belanda.
Selama hidupnya, Van Gogh telah membuat lebih dari 2000 karya seni, terdiri
dari 900 lukisan dan 1100 gambar maupun sketsa. Walaupun itu, Van Gogh
mengalami berbagai penyakit fisik dan psikis.
Van Gogh mengalami gangguan bipolar,
yang membuatnya sangat agresif, dia juga mengalami epilepsi.
Gambar 3. Vincent Van Gogh
(Sumber: Wikipedia, 2017)
3. Elvis Presley
Elvis Aaron Presley adalah seorang penyanyi rock ‘n’ roll yang legendaris dan
populer di Amerika Serikat, Elvis dijuluki “Raja rock ‘n’ roll” dan setiap konsernya selalu dihadiri massa dalam
jumlah yang besar. Walaupun sangat terkenal dan banyak orang yang
mengidolakannya, Elvis ternyata memiliki gangguan bipolar yang membuatnya tidak
bisa mengontrol emosinya, dan Elvis pun memakai berbagai macam narkoba dan
gangguan makannya, tetapi Elvis seperti tidak menyadari seberapa serius
kondisinya.
Gambar 4. Elvis Presley
(Sumber: Wikipedia, 2017)
4. Jim Carrey
Jim Eugene Carrey adalah seorang komedian dan
aktor yang berasal dari Ontario. Jim dikenal karena penampilan unik dan lucunya
di berbagai film, tetapi Jim ternyata memiliki gangguan bipolar. Jim
terpengaruh oleh keluarganya dan menjadi kasar, dia suka membenturkan kepalanya
ke dinding, dan menjatuhkan tubuhnya ke tangga dengan sengaja, Jim mengaku
bahwa depresi adalah kunci kesuksesannya dalam film-film, karena itu para ahli
menyimpulkan bahwa Jim memiliki gangguan bipolar.
5. Catherine
Zeta-Jones
Catherine Zeta Jones adalah seorang aktris
yang berasal dari Swansea, Catherine memiliki gangguan bipolar yang disebabkan
diagnosa kanker tenggorokan suaminya. Catherine sekarang sudah melakukan
perawatan dan mulai membaik.
H. Perawatan Gangguan Bipolar
Sebenarnya, tidak ada cara yang
dapat menghilangkan gangguan bipolar, tetapi dengan perawatan dan terapi yang
tepat, penderita dapat mengontrol suasana hati mereka. Namun, walaupun dengan
perawatan yang tepat atau terapi, tidak bisa dilakukan kepada semua penderita,
dan tidak jarang terjadi episode manik.
Perawatan
gangguan bipolar dapat dilakukan dengan 2 teknik, teknik farmakologi dan
psikoterapi (Siburian, 2016). Teknik farmakologi berhubungan dengan obat-obatan
yang dikonsumsi penderita agar dapat mengurangi frekuensi terjadinya gangguan
bipolar, sedangkan teknik psikoterapi berhubungan dengan terapi jiwa dengan
ahlinya. Terapi diri sendiri seperti melakukan aktifitas seperti yoga,
meditasi, juga shalat malam (Tahajud) bagi yang muslim dapat mengurangi
terjadinya gangguan bipolar, hal yang sangat membantu penderita yang lain adalah
dari orang-orang yang berada di sekitar penderita, jika orang-orang yang
disekitar memberi dukungan, motivasi, dan membuat lingkungan menjadi lingkungan
yang aman dan nyaman bagi penderita (Wikipedia.com, 2017).
0 komentar:
Posting Komentar