Senin, 08 Mei 2017

Gangguan Bipolar dan Dampaknya Bagi Manusia BAB 2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gangguan Mental dan Jiwa
            Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Banyak kepercayaan yang mengira gangguan mental itu sebuah kutukan, atau hukuman penderitanya atas dosa-dosanya, karena kepercayaan masyarakat yang salah, para penderita semakin menderita, karena penderita tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang seharusnya (Wikipedia.com, 2017).
            Gangguan mental dapat mengenai semua orang tidak peduli ras, umur, agama, kepercayaan, kekayaan, dan faktor-faktor yang lain, bahkan sebagian orang hebat dan jenius juga memilikinya, Ludwig van Beethoven memiliki gangguan bipolar, pelukis Michaelangelo memiliki Autism, Charles Darwin mengalami Agoraphobia, dan terakir Edgar Allan Poe, seorang penulis dan penyair yang dikenal atas puisinya yang berjudul “The Raven” mengidap gangguan bipolar (Adi, 2012).
            Terdapat banyak pendapat tentang gangguan mental atau gangguan jiwa yang disampaikan oleh para ahli. Berikut adalah sebagian pendapat yang diutarakan oleh para ahli.

1.      Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbalas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak (Departemen Kesehatan RI , 2000).
2.      Gangguan jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart dan Sundeen, 1995).
3.      Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah  kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan dan aib bagi keluarganya. Pandangan lain yang beredar di masyarakat bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh guna-guna orang lain (Hawari, 2003).

B. Sejarah Gangguan Bipolar
            Melankoli atau kata tua untuk depresi dan mania sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Teori Pra-Hippocratic Humoral mengatakan bahwa melankoli berasal dari kata melas yang berarti hitam, dan chole, yang berarti empedu atau melukai. Teori Pra-Hippocratic Humoral juga menjelaskan bahwa mania terjadi karena kelebihan empedu kuning (Hippocrates, 400 SM)
            Araetaus, seorang filsuf kesehatan berasal dari Cappadocia mengatakan bahwa gangguan mania-depresi atau bipolar diakibatkan oleh empedu hitam (Stephens, 2006). Lalu Avicenna atau Ibnu Sina, seorang penulis dan pemikir yang beragama Islam menulis buku berjudul The Canon of Medical  pada tahun 1025 yang memisahkan gangguan bipolar dan mania-depresi.
konsep-konsep yang telah ditemukan dikembangkan kembali oleh seorang psikiater Jerman yang bernama Emil Kraepelin (1856-1926) melakukan revisi pengelompokan gangguan jiwa, dia akhirnya membedakan gangguan bipolar dengan dementia paradox yang akhirnya dikenal sebagai skizofrenia. Emil Kraepelin memperkenalkan konsep baru yang disebut dengan konsep kahbaum cyclothymia. Emil menjelaskan bahwa seorang penderita gangguan bipolar  yang telah mengalami periode akut yaitu mania atau depresi, akhirnya bisa menjalani kehidupan secara normal (Stephens, 2006).
::::Emil_Kraepelin_1926.jpg
Gambar 1. Emil Kraepelin.
(Sumber: Wikipedia, 2017)
C. Tipe-Tipe Gangguan Bipolar
Penderita gangguan bipolar cenderung mengalaminya saat masa pubertas, masa pubertas akan mengarahkan arah gangguan bipolar ini terhadap penderita. Gangguan bipolar juga memiliki beberapa tipe, tidak semua penderita memiliki siklus episode yang sama. Gangguan bipolar memiliki berbagai tipe, menurut DSM-IV-TR, gangguan bipolar memiliki 4 tipe, berikut adalah tipe-tipe gangguan bipolar (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV-TR, 2000):

1.      Bipolar Tipe I
Bipolar tipe I adalah kondisi yang cukup parah, penderita akan berubah episode dengan sangat cepat, misalnya penderita sedang mengalami episode mania, dalam waktu singkat langsung berubah menjadi episode depresi. Siklus ini bisa berlangsung berhari-hari, bahkan sampai berminggu-minggu.

2.      Bipolar Tipe II
Pada gangguan bipolar tipe II, penderita akan mengalami episode depresi dan Hypomania yaitu bentuk ringan episode mania tetapi tetap saja berbahaya. Suasana hati penderita pada kondisi ini masih bisa bekerja dengan baik dan bisa teratur, tetapi jika tidak diatasi kondisinya bisa bertambah parah.




3.      Cyclothimic
Pada gangguan bipolar tipe cyclothimic, sama halnya dengan bipolar tipe II, tetapi episode depresi bisa dikategorikan berlebihan atau lebih berbahaya.

4.      Bipolar NOS
Bipolar NOS atau Not Otherwise Spesific adalah tipe gangguan bipolar jika penderita tidak memenuhi kriteria tipe gangguan bipolar yang lain. Jika penderita menunjukan gejala-gejala gangguan bipolar tetapi tidak memenuhi salah satu kriteria tipe-tipe gangguan bipolar, maka penderita itu memiliki gangguan bipolar NOS.

5.      Rapid Cycling
Tipe rapid cycling bisa dibilang tipe yang paling parah, penderita didiagnosis memiliki bipolar tipe rapid cycling apabila memenuhi kriteria beberapa tipe. Menurut Dunner dan Fieve dari Asosiasi Psikiater Amerika Serikat, dalam tipe ini, semua episode gangguan bipolar yaitu depresi, mania, hipomania, dan mixed state akan terjadi dalam waktu duabelas bulan. Selain itu, ada juga yang disebut dengan ultra-rapid cycling atau extremely-rapid atau ultraradian-rapid cycling dimana akan terjadi perubahan suasana hati yang ekstrim dalam waktu 24 jam atau 48 jam.

D. Epidemiologi        
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi. Gangguan bipolar merupakan gangguan mental atau jiwa yang memiliki prevelansi (Jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah) yang tinggi.
Studi Epidemiologic Catchmen Area (ECA) menyatakan bahwa prevelansi terkena gangguan bipolar sekali seumur hidup adalah antara 0,6% sampai 1,1%. 
            Prevelansi gangguan bipolar di Amerika Serikat berkisar 1% sampai dengan  3% dari total populasinya, sedangkan masih tidak pasti jumlah prevelansi penderita gangguan bipolar di Indonesia. Sekitar 10% penderita biasanya mengalami episode manik atau hipomanik pada perkembangan penyakitnya, dan tanda-tanda yang ditemukan saat usia yang muda adalah gejala psikotik seperti munculnya skizofrenia, dan ditemukannya episode depresi yang berulang-ulang merupakan salah satu tanda-tanda munculnya gangguan bipolar (ECA, 1985).

E. Faktor Penyebab Gangguan Bipolar
            Menurut National Institute of Mental Healtdh (NIMH), gangguan bipolar tidak hanya dikarenakan faktor tunggal atau individu saja, faktor luar juga dapat menyebabkan gangguan bipolar. Gangguan bipolar juga disebut gangguan multifaktor, dikarenakan banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gangguan bipolar. Berikut adalah faktor-faktor penyebab gangguan bipolar (National Institute of Mental Health, 2016):

1.      Faktor Genetik
Gangguan bipolar dapat dikaitkan dengan riwayat kesehatan keluarga (Faktor keturunan atau genetik), berbagai penelitian menyatakan bahwa orang dengan gen tertentu kemungkinan mengembangkan gangguan bipolar lebih besar daripada gen yang lain. Tetapi faktor keturunan atau genetik tidak selalu akurat, karena studi kembar identik menunjukan bahwa kembar dari seorang dengan gangguan bipolar tidak semuanya mengalaminya, meskipun kembar identik memiliki dan membagi genetik yang sama.

2.      Faktor Lingkungan
Tidak hanya di pengaruhi faktor genetika, lingkungan sekitar kita juga bisa memicu adanya gangguan bipolar.  Lingkungan yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang disekitar yang sangat berdampak kepada seseorang sampai mood nya tidak seimbang, seperti putus cinta, kematian orang tua, kematian teman, atau pun kegagalan seperti gagal lulus sekolah. Biasanya penderita gangguan bipolar juga memiliki masa kecil. Sebaliknya, lingkungan yang baik dapat mendukung penderita gangguan bipolar sehingga penderita dapat menjalani kehidupan yang baik dan normal.

3.      Obat-Obatan
Zat pada obat-obatan tidak langsung menjadi penyebab gangguan bipolar, tetapi obat-obatan dapat membuat episode mania atau depresi menjadi terpicu dan membuat kehidupan penderita semakin susah. Obat-obat yang dapat memicu itu antara lain adalah ekstasi, kokain, juga amfetamin yang dapat memicu episode mania atau mania dan obat antidepresan menyebabkan episode depresi, seperti obat tiroid, obat flu, obat untuk mendorong nafsu makan, juga kortikosteroid.



4.      Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis pada gangguan bipolar dibagi menjadi dua yaitu sistem neurokimia dan sistem neurondokrin.

a.       Sistem Neurokimia
Gangguan bipolar terjadi karena terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Neurotransmitter atau saraf yang mengirimkan pesan sangat diperlukan oleh otak. Ini karena otak bekerja sebagai organ pengantar rangsang.
Jenis-jenis neurotransmitter antara lain adalah dopamine, serotonin, dan norepinephrine. Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang, jadi tidak bisa bekerja dengan benar. Misalnya jika cairan-cairan tersebut ada dibawah kadar normalnya, penderita akan merasa sedih yang berlebih, kecewa, lemas sampai memiliki niat bunuh diri yag sangat tinggi, sebaliknya jika kadar dopamine penderita sedang tinggi, penderita akan merasakan bahagia yang berlebih, hiperaktif, tidak pernah lelah atau yang disebut episode mania.

b.      Neurondokrin
Hipotalamus pada tubuh manusia dengan fungsinya sebagai pengendali kelenjar endokrin akan dipengaruhi oleh area limbik pada organ otak yang memang ada kaitannya dengan emosi. Kelenjar pituaritas juga terpengaruh oleh hormon yang hipotalamus produksi di mana kelenjar tersebut ada hubungannya dengan gangguan depresi.
Sejumlah penelitian sudah menyatakan bahwa tingkat kortisol pada seseorang yang menderita depresi terbilang cukup tinggi. Penyebabnya adalah karena adanya pelepasan hormon rotropin yang berasal dari hipotalamus terlalu berlebihan. Kelenjar adrenal pun ikut menjadi semakin banyak sehingga terjadi jugalah kerusakan hipoccampus di mana ini menjadikan keadaan seseorang makin serius (Lita, 2016).

F. Dampak Penderita Gangguan Bipolar
Setiap penyakit atau gangguan pasti memiliki beberapa dampak, berikut adalah dampak dan tanda-tanda yang dimiliki oleh penderita gangguan bipolar. Dampak gangguan bipolar dibagi menjadi dua, yaitu saat episode mania (Kesenangan), dan episode depresi (Kesedihan).

1.      Episode Mania
Saat episode mania, suasana hati penderita naik secara drastis sehingga tidak merasa lelah, selalu bergembira yang berlebih, hiperaktif, penderita juga berbicara dengan sangat cepat, penderita menghamburkan uang untuk barang-barang yang tidak berguna, mudah marah, mengalami delusi dan halusinasi seperti  bertemu dengan malaikat atau tuhan atau hal-hal yang lain.


2.      Episode Depresi
Episode depresi cenderung lebih lama dan lebih sering daripada episode mania. Saat episode depresi, penderita merasa putus asa, tidur lebih lama, nafsu makan berubah dan naik berat badan, tidak bisa mengalami kesenangan, sampai memiliki niat membunuh diri yang sangat besar (Schuder, 2017).

G. Tokoh-Tokoh Dengan Gangguan Bipolar
            Tidak sedikit juga tokoh-tokoh mendunia yang memiliki gangguan mental seperti gangguan bipolar, berikut adalah tokoh-tokoh yang memiliki gangguan bipolar (Afryani, Erninta. 2013):

1.      Ludwig Van Bethoveen
Ludwig Van Bethoveen adalah seorang komposer yang sangat berbakat dalam bidangnya, walaupun hidup dengan keterbatasan pendengaran, Bethoveen tetap membuat musik-musik yang indah semasa hidupnya. Tidak hanya keterbatasan pendengaran, dia juga memiliki gangguan bipolar, akibatnya Bethoveen selalu menderita di masa hidupnya, dia sering terkena penyakit demam, dan sakit di kepalanya yang sangat parah. Semakin tua, semakin parah juga gangguan bipolarnya, dia mulai memiliki niat untuk bunuh diri, selalu bersikap pesimis, ada penurunan terhadap sikapnya, juga mengalami halusinasi.
::::Beethoven.jpg
Gambar 2. Ludwig Van Bethoveen
(Sumber: Wikipedia, 2017)

2.      Vincent Van Gogh
Vincent Van Gogh adalah seorang pelukis handal yang berasal dari
Belanda. Selama hidupnya, Van Gogh telah membuat lebih dari 2000 karya seni, terdiri dari 900 lukisan dan 1100 gambar maupun sketsa. Walaupun itu, Van Gogh mengalami berbagai penyakit fisik dan psikis.
            Van Gogh mengalami gangguan bipolar, yang membuatnya sangat agresif, dia juga mengalami epilepsi.
::::Vincent_van_Gogh_-_Self-Portrait_-_Google_Art_Project_(454045).jpg
Gambar 3. Vincent Van Gogh
(Sumber: Wikipedia, 2017)
3.      Elvis Presley
Elvis Aaron Presley adalah seorang penyanyi rock ‘n’ roll yang legendaris dan populer di Amerika Serikat, Elvis dijuluki “Raja rock ‘n’ roll” dan setiap konsernya selalu dihadiri massa dalam jumlah yang besar. Walaupun sangat terkenal dan banyak orang yang mengidolakannya, Elvis ternyata memiliki gangguan bipolar yang membuatnya tidak bisa mengontrol emosinya, dan Elvis pun memakai berbagai macam narkoba dan gangguan makannya, tetapi Elvis seperti tidak menyadari seberapa serius kondisinya.
Gambar 4. Elvis Presley
(Sumber: Wikipedia, 2017)

4.      Jim Carrey
Jim Eugene Carrey adalah seorang komedian dan aktor yang berasal dari Ontario. Jim dikenal karena penampilan unik dan lucunya di berbagai film, tetapi Jim ternyata memiliki gangguan bipolar. Jim terpengaruh oleh keluarganya dan menjadi kasar, dia suka membenturkan kepalanya ke dinding, dan menjatuhkan tubuhnya ke tangga dengan sengaja, Jim mengaku bahwa depresi adalah kunci kesuksesannya dalam film-film, karena itu para ahli menyimpulkan bahwa Jim memiliki gangguan bipolar.

5.      Catherine Zeta-Jones
Catherine Zeta Jones adalah seorang aktris yang berasal dari Swansea, Catherine memiliki gangguan bipolar yang disebabkan diagnosa kanker tenggorokan suaminya. Catherine sekarang sudah melakukan perawatan dan mulai membaik.

H. Perawatan Gangguan Bipolar
Sebenarnya, tidak ada cara yang dapat menghilangkan gangguan bipolar, tetapi dengan perawatan dan terapi yang tepat, penderita dapat mengontrol suasana hati mereka. Namun, walaupun dengan perawatan yang tepat atau terapi, tidak bisa dilakukan kepada semua penderita, dan tidak jarang terjadi episode manik.
            Perawatan gangguan bipolar dapat dilakukan dengan 2 teknik, teknik farmakologi dan psikoterapi (Siburian, 2016). Teknik farmakologi berhubungan dengan obat-obatan yang dikonsumsi penderita agar dapat mengurangi frekuensi terjadinya gangguan bipolar, sedangkan teknik psikoterapi berhubungan dengan terapi jiwa dengan ahlinya. Terapi diri sendiri seperti melakukan aktifitas seperti yoga, meditasi, juga shalat malam (Tahajud) bagi yang muslim dapat mengurangi terjadinya gangguan bipolar, hal yang sangat membantu penderita yang lain adalah dari orang-orang yang berada di sekitar penderita, jika orang-orang yang disekitar memberi dukungan, motivasi, dan membuat lingkungan menjadi lingkungan yang aman dan nyaman bagi penderita (Wikipedia.com, 2017).




0 komentar:

Posting Komentar